Kamis, 13 Oktober 2011

Pagar Nusa


Lambang Pagar Nusa

  • Kurva segi lima merupakan simboli dari Syariat Islam yang mempunyai 5 rukun dan merupakan simbolisasi pada adanya rasa kecintaan kepada bangsa dan negara yang berpancasila.

  • Tiga garis tepi yang sejajar dengan garis kurva merupakan lambang dari tiga pola    utama yang berjalan bersama dalam cara hidup warga Nahdlatul Ulama yaitu Iman, Islam, Ihsan
  • Bintang sudut lima sebanyak sembilan buah dengan pola melingkar di atas bola bumi dan pada bagian paling atas bintangnya tampak lebih besar ini merupakan ekspresi dari pola kepemimpinan wali songo dan juga idealisasi dari suatu cita-cita yang bersifat maksimal karena selain bintang merupakan simbol kemuliaan juga jumlah sembilan merupakan angka tertinggi.
  • Gambar cabang / trisula terletak ditengah bola dunia bagian atas tepat dibawah bintang terbesaradalah
 Manifestasi kenyataan historis bahwa senjata jenis inilah yang tertua dan lebih luas penyebarannya di bumi nusantara. Sebagai kelompok beladiri pencak silat anggota  IPSI , Pagar Nusa memasukkan simbol tersebut supaya tidak tercerabut dari identitas persatuan beladiri asli Indonesia.
  • Bola Dunia / gambar bumi tepat di tengah merupakan ciri khas dari organisasi underbow Nahdlatul Ulama yang simbol utamanya berupa bumi dan tampar sebagaimana di lukiskan oleh tangan pertamanya KH. Ridwan Abdullah
  • Pita melingkupi bumi dengan tulisan LAA GHAALIBA ILLAA BILLAH
 Yang berarti tidak ada yang menang kecuali dengan pertolongan Allah merupakan tata nilai beladiri khas Pagar Nusa. 
  •  Warna Hijau dan putih merupakan dua warna yang secara universal mengandung makna baik. Sebab segala yang bersih dan suci baik secara materiil  maupun immateriil dapat disimbolkan dengan warna putih. Sedangkan hal-hal yang bersifat sejuk, subur, makmur, tenang, enak dipandang dan lain-lain yang membahagiakan selalu dapat disimbolkan dengan warna hijau.
Sejarah Pagar Nusa
Pondok Pesantren dulunya tidak hanya mengajarkan ilmu agama dalam pengertian formal-akademis seperti sekarang ini, semisal ilmu tafsir, fikih, tasawuf, nahwu-shorof, sejarah Islam dan seterusnya. Pondok pesantren juga berfungsi sebagai padepokan, tempat para santri belajar ilmu kanuragan dan kebatinan agar kelak menjadi pendakwah yang tangguh, tegar dan tahan uji. Para kiainya tidak hanya alim tetapi juga sakti. Para kyai dulu adalah pendekar pilih tanding.
Akan tetapi belakangan ada tanda-tanda surutnya ilmu bela diri di pesantren. Berkembangnya sistem klasikal dengan materi yang padat, ditambah eforia pembentukan standar pendidikan nasional membuat definisi pesantren kian menyempit, melulu sebagai lembaga pendidikan formal.
Para ulama-pendekar merasa gelisah. H.Suharbillah, seorang pendekar dari Surabaya yang gemar berorganisasi menemui KH Mustofa Bisri dari Rembang dan menceritakan kekhawatiran para pendekar. Mereka lalu bertemu dengan KH Agus Maksum Jauhari Lirboyo alias Gus Maksum yang memang sudah masyhur di bidang beladiri. Nama Gus Maksum memang selalu identik dengan “dunia persilatan”.
Pada tanggal 12 Muharrom 1406 M bertepatan tanggal 27 September 1985 berkumpulah mereka di pondok pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, untuk membentuk suatu wadah di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) yang khusus mengurus pencak silat. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari daerah Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, serta Cirebon, bahkan dari pulau Kalimantan pun datang.
Musyawarah berikutnya diadakan pada tanggal 3 Januari 1986, di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, tempat berdiam Sang Pendekar, Gus Maksum. Dalam musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi pencak silat NU bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama “Pagar Nusa” yang merupakan kepanjangan dari “Pagarnya NU dan Bangsa.” Kontan para musyawirin pun menunjuk Gus Maksum sebagai ketua umumnya. Pengukuhan Gus Maksum sebagai ketua umum Pagar Nusa itu dilakukan oleh Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH Ahmad Sidiq. Seiring berkembangnya zaman dan Indonesia mempunyai organisasi silat IPSI(Ikatan Pencak Silat Indonesia) ,Gus maksum dan para kiyai-kiyai nahdlotul Ulama’ seluruh nusantara mengadakan rapat untuk membentuk organisasi silat yang bisa masuk IPSI serta mampu mewadai perguruan-perguruan yang ada di bawah naungan organisasi NU, maka rapat yang di adakan di PonPes Lirboyo Kediri itupun menghasilkan terbentuknya PAGAR NU dan BANGSA yang di singkat PAGARNUSA, pada tahun 1988 akhirnya organisasi ini masuk IPSI dan mewadai perguruan – perguruan dibawah panji NU seperti perguruan GASMI yang akhirnya disebut PN GASMI , perguruan BATARA yang akhirnya disebut PN BATARA, perguruan CIMANDE yang akhirnya disebut PN CIMANDE, perguruan SAPUJAGAD yang akhirnya disebut PN SAPUJAGAD, perguruan NH yang akhirnya disebut PN NH, perguruan CAKRA yang akhirnya disebut PN CAKRA dll.
1. Visi & Misi
Pagar Nusa ber-Aqidah ala Ahlussunnah wal Jama’ah dengan asas organisasi Pancasila. Pagar Nusa mengusahakan : Berlakunya Ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah di tengah-tengah kehidupan negar kesatuan Repubil Indonesia yang ber-Pancasila. Pelestarian, pembinaan, dan pengembangan pencak silat baik seni, beladiri, mental spiritual, maupun olahraga / kesehatan khususnya di lingkungan NU maupun di lingkungan warga bangsa lain pada umumnya.
2. Anggota

Keanggotaan diatur dalam Peraturan Dasar dengan kriteria mudah yaitu
warga Nahdlatul Ulama’ : Mulai kanak – kanak sampai sesepuh ( batasan usia ) , dari yang belum mengenal pencak silat sampai yang mahir ( batasan kemampuan ). Sistem penjenjangan anggota dll, disesuaikan dengan kemampuan, usia, dan kebutuhan
Materi Pencak Silat Pagar Nusa

Materi Pencak Silat Pagar Nusa Baku di susun oleh tim yang terdiri dari dewan dan sumber lain dari berbagai aliran asli dari seluruh Indonesia seperti Cimande, Cikaret, Cikampek, Cikalong, Minang, Mandar, Mataram, dll.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar